Menyelisik Konflik Gerejawi dari Perspektif Psikologi Konflik Paul Randolph
DOI:
https://doi.org/10.38189/jtbh.v7i1.725Keywords:
Ecclesiastical conflict, conflict psychology, Paul RandolphAbstract
Conflict is an inevitability in human life. Conflict has become an integrated condition in individual and communal life, including in the church. The congregation’s understanding of conflict greatly influences their attitudes or actions towards the conflict itself. In general, congregations have a less open understanding of conflict. Conflict is understood as a situation that should not occur, an embarrassing situation, or also a situation that only produces a destructive or devastating impact. Such understandings make conflict increasingly difficult to manage. This paper aims to investigate ecclesiastical conflict, which will be carried out using qualitative research methods with literature study. The ecclesiastical conflict that often occur certainly cannot be denied or avoided. Investigating church conflict from a psychological perspective offers a new perspective, where church conflict that occurs in any context can be understood by exploring the psychological elements that each person involved in the conflict situation has. This research examines ecclesiastical conflict from a psychological perspective proposed by Paul Randolph. According to the author, Paul Randolph’s conflict psychology can produce an open understanding of ecclesiastical conflict, so that efforts to manage and resolve church conflict can be made. A psychological perspective can help each individual to recognize what values are often at stake in conflict situations that exist in themselves or in others, such as emotions, self-esteem, and perceptions that greatly influence individual behavior or actions in conflict situations. Recognizing and understanding the values in oneself and others are supporting factors for being able to take constructive steps in conflict situations.
Konflik merupakan suatu keniscayaan dalam kehidupan manusia. Konflik telah menjadi kondisi yang terintegrasi dalam kehidupan individu maupun komunal, termasuk di gereja. Pemahaman jemaat tentang konflik sangat memengaruhi sikap atau tindakan mereka terhadap konflik itu sendiri. Pada umumnya jemaat memiliki pemahaman yang kurang terbuka terhadap konflik. Konflik dipahami sebagai situasi yang tidak boleh terjadi, situasi yang memalukan, atau juga suatu keadaan yang hanya menghasilkan dampak destruktif atau menghancurkan. Pemahaman-pemahaman yang demikianlah, membuat konflik semakin sulit untuk dikelola. Tulisan ini bertujuan untuk menyelisik konflik gerejawi, yang akan dilakukan dengan metode penelitian kualitatif dengan studi kepustakaan. Konflik gerejawi yang kerap kali terjadi tentu tidak dapat disangkal atau dihindari. Menyelisik konflik gerejawi dari perspektif psikologi menawarkan cara pandang yang baru, di mana konflik gereja yang terjadi dalam konteks apa pun dapat dipahami dengan mendalami unsur-unsur psikologi yang dimiliki setiap orang yang terlibat dalam situasi konflik. Penelitian ini menyelisik konflik gerejawi dari perspektif psikologi yang dikemukakan oleh Paul Randolph. Menurut penulis, psikologi konflik Paul Randolph dapat menghasilkan pemahaman yang terbuka terhadap konflik gerejawi, sehingga upaya untuk mengelola dan mengatasi konflik gereja dapat dilakukan. Memahami konflik dari perspektif psikologi merupakan langkah penting yang dapat dilakukan untuk semua jenis konflik yang terjadi dalam kehidupan manusia. Perspektif psikologi dapat membantu setiap individu, untuk mengenali nilai-nilai apa saja yang sering dipertaruhkan dalam situasi konflik yang ada pada dirinya maupun yang ada pada diri orang lain, misalnya emosi, harga diri, dan persepsi yang sangat memengaruhi perilaku atau tindakan individu dalam situasi konflik. Mengenali dan memahami nilai-nilai dalam diri sendiri dan orang lain adalah faktor pendukung untuk dapat melakukan langkah-langkah konstruktif dalam situasi konflik.Â
References
Chambers, Frederick G. “Effective Decision-Making and Conflict Resolution for Church Leadership Teams and Governing Boards.†Liberty University, 2023.
Crum, Thomas F. The Magic of Conflict. New York: Touchstone, 1987.
Dixon, Karen Weixel. Interpersonal Conflict: An Existensial Psychotherapeutic and Practical Model. London & New York: Routledge, 2017.
Evans, Robert A. Ronald S.Kraybill, Alice Frazer Evans. Peace Skills. Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Frazee, Randy. The Connecting Church. Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 2001.
Gangel, Kenneth O. dan Samuel A. Canine. Communication and Conflict Management in Churches and Christian Organizations. Oregon: Wipf and Stock Publishers, 1992.
Halverstadt, Hugh F. Mengelola Konflik Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.
Hare, Michael. When Church Conflict Happens. Chicago: Moody Publishers, 2019.
J.Zscheile, Dwight. The Agile Church. New York: Morehouse, 2014.
K.Weinhold, Barry. Conflict Resolution. United States of America: Love Publishing Company, 2009.
Molina, Fernando. Existentialism as Philosophy. United States of America: Pretice-Hall, 1962.
Randolph, Paul. The Psychology of Conflict. London: Bloomsbury, 2016.
Ronald S.Kraybill, Alice Frazer Evans, Robert A.Evans. Peace Skills. Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Sendjaya. Konsep, Karakter Dan Kompetensi Kepemimpinan Kristen. Yogyakarta: Kairos, 2004.
Toding, Yulianus. “Gereja Mula-Mula Menyikapi Perbedaan Dan Konflik Berdasarkan Kisah Para Rasul 15: 1-34: Sebuah Refleksi Bagi Gereja Toraja Mamasa.†Charisteo: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen 3 (2023).
Vyhmeister, Nancy Jean, and Terry Dwain Robertson. Quality Research Paper for Students of Religion and Theology. 4th ed. Michigan: Zondervan Academic, 2020.
Wahono, S.Wismoady. Di Sini Kutemukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004.
Weinhold, Barry K. Conflict Resolution. United States of America: Love Publishing Company, 2009.
Wiryoputro, Sugiyanto. Dasar-dasar Manajemen Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.
Woolverton, David. Mission Rift. Minneapolis: Fortress Press, 2021.
Zscheile, Dwight J. The Agile Church. New York: Morehouse, 2014.